islamistri rasulullah

Aisyah Istri Rasulullah SAW

Aisyah ra lahir di Mekkah pada bulan Syawwal, tahun 614 Masehi, delapan tahun sebelum permulaan zaman hijrah. Orang tuanya sudah memeluk agama Islam. Sejak kecil Aisyah telah dididik sesuai dengan tradisi paling mulia agaama Islam. Sebelum menikah dengan Abu Bakar, Ummu Ruman sempat menikah dengan Abdullah bin Harits Al Azdi. Setelah Abdullah meninggal dunia, barulah ia menikah dengan Abu Bakar dan dikaruniai dua orang anak, yaitu Abdurrahman dan Aisyah.

Tidak ada satupun keluarga muslim yang dapat menyamai perjuangan keluarga Abu Bakar dalam upaya penyebaran agama islam. Kediaman Abu Bakar merupakan tempat yang diberkahi dan dipenuhi kemuliaan, kebahagiaan keagungan, dan keteduhan. Dari sanahlah cahaya islam terpancar. Dan Aisyah merupakan bagian dari keluarga ini. Ia beruntung tidak pernah mendengar suara kemusyrikan dan kekafiran di rumahnya. Menganai hal itu Aisyah berkata:

“Ketika pertama kali aku mendengar ayah ibuku, keduanya telah memeluk Islam (HR. Bukhari Ahmad).”

Pada masa kecilnya Aisyah disusul oleh istri dari Wali Abdul Qu’ais. Wali memeliki saudara laki laki bernama Aflah. Dengan begitu, Aflah merupakan paman sesusuan Aisyah. Aflah inilah yang mengunjungi Aisyah dengan seizin Rasulullah saw.

Orang orang jenius biasanya telah menunjukan kejeniusannya sejak kecil, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Begitu pula dengan Aisyah ra. Tanda tanda kemuliaan dan keagungan telah tampak pada gerakan dan tingkah lakunya pada masa kecil. Tetapi Aisyah kecil tetaplah seorang bocah yang tidak bisa lepas dari dorongan dorongan nalurinya. Ia sangat suka bermain. Teman teman sepermainannya sering ke rumahnya dan bermain bersama. Meski begitu Aisyah tetap menjaga etika ketika Rasulullah menemuinya. Seringkali ketika sedang asyik bermain dengan teman temannya, Rasulullah datang. Saat itu Aisyah segera menyembunyikan bonekanya dan teman temannya pergi. Tetapi Rasulullah adalah orang yang mencintai dan menyayangi anak kecil. Beliau justru memanggil teman teman Aisyah dan menyuruh mereka untuk terus bermain bersama.

Aisyah bukanlah anak kecil biasa. Ia mengingat dengan baik apa yang terjadi pada masa kecilnya, termasuk hadits hadits yang didengarnya dari Rasulullah saw. Ia memahami hadits hadits itu, meriwayatkannya, menarik kesimpulan darinya, serta memberikan penjelasan tentang detail detail hukum fiqih yang terkandung di dalamnya. Ia juga sering menjelaskan hikmah hikmah dari peristiwa yang dialaminya pada masa kecil.

Aisyah Istri Rasulullah SAW

Aisyah Istri Rasulullah SAW

Rasulullah menikahi Aisyah setelah 6 tahun wafatnya Khadijah. Aisyah adalah istri ke tiga Rasulullah setelah Saudah binti Zam’ah. Aisyah menikah dengan Rasulullah ketika dia berusia 7 tahun, tetapi Aisyah baru serumah dengan Aisyah ketika berumur 9 tahun setelah Nabi saw hijrah ke Madinah.

Aisyah menjadi istri Rasulullah satu satunya yang dinikahi ketika masih gadis karena semua istri Rasulullah adalah janda.

Sebelum dipinang oleh Rasulullah saw, sebenarnya Aisyah telah bertunangan dengan Jabir bin Muth’im bin Adi. Tetapi, Abu bakar tidak mau membatalkan pertukangan itu secara sepihak tanpa terlebih dahulu membicarakannya dengan keluarga Jabir. Maka Abu Bakar pun pergi menuju kediaman Muthi’m bin Adi, ayah Jabir. Ketika itu keluarga Jabir belum memeluk Islam. Setelah Abu Bakar menyampaikan maksudnya Muth’im meminta pendapat istrinya, maka sang istri berkata:

“Wahai Abu Bakar, apakah engkau ingin agar anak kami masuk Islam setelah menikah dengan putrimu?”(HR. Ahmad)

Akhirnya Aisyah pun menikah dengan Rasulullah saw pada usia yang masih sangat mudah. Tak jarang karena masih anak anak yang suka bermain Aisyah dimarahi oleh Ibunya dan disaksikan langsung oleh Rasulullah saw. Rasulullah yang melihat ini merasa iba dan berkata kepada ibunda Aisyah,

“Wahai Ummu Ruman, Perlakukanlah Aisyah dengan baik. Jagalah ia untukku.” (HR Hakim)

Dalam beberapa hadis, dikisahkan bahwa Rasulullah saw pernah bermimpi didatangi malaikat yang membawa secarik kain. Bukhari meriwayatkan:

Rasulullah saw bersabda kepada Aisyah:

“Sebelum menikahimu, aku pernah melihatmu dua kali di dalam mimpi. Aku melihat malaikat melihat malaikat yang membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. Kukatakan kepadanya: ‘Singkapkanlah’ Malaikat itu pun menyingkapnya. Dan ternyata kain itu memuat gambarmu. Lalu kukatakan: ‘Jika ini merupakan ketentuan Allah, maka dia pasti akan membuatnya terjadi. Pada kesempatan lain, aku melihatnya datang kembali membawa secarik kain yang terbuat dari sutra.Maka katakan kepadanya: ‘Singkapkanlah’ Malaikat. Dan ternyata kain itu memuat gambarmu. Lalu aku berkata: ‘Jika ini merupakan ketentuan Allah, maka Dia pasti akan membuatnya terjadi.'” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Rasulullah hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri istri beliau ditinggalkan di Mekkah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk di dalamnya Aisyah. Karena cuaca buruk yang melanda Madinah, Aisyah sakit keras dan badannya menyusut seperti juga yang dialami orang orang Muhajirin. Menyaksikan hal itu, Rasulullah berdoa:

“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana cinta kami mencintai Mekkah, atau bahkan lebih. Ya Allah jadikanlah Madina layak untuk kami tinggali. Berkahi kami dalam setiap mud dan sha’-nya. Hilangkanlah penyakit demam dari kota ini dan pindahkan ia ke Juhfah” (HR Bukhari, Muslim, dan Malik)

Allah mengabulkan doa Rasulullah, dan cuaca berangsur membaik, Sehingga hilangnya penyakit yang melanda kaum Muhajirin. Aisyah pun sembuh dan bersiap siap menghadapi hari pernikahan dengan Rasulullah saw.

Dengan izin Allah menikahlah Aisyah dengan maskawin lima ratus dirham. Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman tentang jumlah mahar yang dibrikan Rasulullah, Aisyah menjawab:

“Mahar Rasulullah kepada istri istrinya adalah dua belas uqiyah dan satu nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, tidak. Kemudian lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus dirham, Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istri istri beliau.” (HR Muslim)

Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu juga disebut sebagai tempat turunnya wahyu. Di hati Rasulullah kedudukan Aisyah sangatlah istimewa dan itu dialami oleh istri istri beliau yang lain.

Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan:

“Cinta pertama yang terjadi di dalam Islam adalah cintanya Rasulullah kepada Aisyah.”

Selain itu ada juga kisah lain yang menunjukkan besarnya cinta Nabi kepada Aisyah, dan itu sudah diketahui oleh kaum muslimin saat itu. Oleh Karena itu, kaum muslimin senantiasa menanti nanti hari giliran Rasulullah kepada Aisyah sebagai hari untuk menghadiahkan sesuatu kepada Nabi saw. Keadaan seperti itu menimbulkan kecemburuan di kalangan istri Rasulullah lainnya. Tentang hal itu Aisyah berkata:

“Orang orang berbondong bondong memberikan hadiah pada hari giliran Rasulullah padaku. Karena itu, teman temanku (istri Nabi yang lainnya) berkumpul di tempat Ummu Salamah. Mereka berkata:

‘Hai Ummu Salamah, demi Allah orang berbondong bondong memberikan hadiah pada hari giliran Rasulullah di rumah Aisyah, sedangkan kita juga menginginkan kebaikan sebagaimana yang diinginkan oleh Aisyah”

Melihat rekasi seperti itu, Rasulullah meminta kaum Muslimin untuk memberikan hadiah kepada beliau pada hari giliran Rasulullah yang mana saja. Ummu Salamah pun telah mengatakan keberatan kepada Rasulullah dengan mengatakan:

“Rasulullah berpaling dariku. Ketika beliau mendatangi aku, akupun kembali memperingatkan hal itu, tetapi beliau berbuat hal yang serupa. Ketika aku memperingatkan beliau untuk yang ketiga kalinya, beliau tetap berpaling dariku, sehingga akhirnya beliau bersabda:

‘Demi Allahl wahyu tidak turun kepadaku selama aku berada di dekat kalian, kecuali aku dalam satu selimut bersama Aisyah.'” (HR Muslim)

Sekalipun perasaan cemburu istri istri Rasulullah terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata:

“Demi Allah, dia adalah menusia yang paling beliau cintai setelah ayahnya (Abu Bakar)”

Suatu waktu, Rasulullah ditanya oleh Amru bin ‘Aash

“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?”

Beliau menjawab:

“Aisyah!” Amru berkata lagi:

“Dan dari kalangan laki laki?”

Beliau menjawab:

“Ayahnya!” (Hadits muttafaqirin ‘alaihi)

Hingga pada akhirnya Rasulullah saw menderita sakit keras dan Rasulullah menetap di kamar Aisyah. Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah selama sakit adalah kehormatan yang sangat besar karena ia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Di bawah ini dia melukiskan detik detik terakhir beliau mejelang wafat:

“Sungguh merupakan nikmat Allah bagiku, Rasulullah wafat di rumahku pada hariku dan dalam dekapanku. Allah telah menyatuhkan ludahku dan ludah beliau ketika wafat. Abdurrahman menemuiku, ditangannya tergemgam siwak, sementara aku menyadarkan beliau. Beliau melihat ke arah Abdurahman, aku segera memahami bahwa beliau sangat menyukai siwak. Aku berbisik kepada beliau:’

‘Bolehkah aku haluskan siwak untukmu?”

Beliau mengisyaratkan dengan kepala, sepertinya mengisyaratkan ya. Kemudian beliau menyuruhku berhenti menghaluskan siwak, sementara di tangan beliau ada bejana berisi air. Beliau memasukkan kedua belah tangan dan mengusapnya ke wajah seraya berkata. ‘Laa ilaaha illa allahu…. setiap kematian mengalami sekarat (beliau mengangkat tangannya). Pada Allah Yang Maha Tinggi. ‘Beliau mengemgan tangan dan perlahan-lahan tangan beliau jatuh ke bawah.” (HR Muttafaq Alaih)

Rasulullah dikuburkan di kamar Aisyah, tepat di tempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya Aisyah melihat tiga bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal itu kepada Ayahnya, Abu Bakar berkata;

“Jika yang engkau lihat itu benar, maka di rumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi.”

Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar berkata:

“Beliau adalah orang yang paling mulia di antara ketiga bulanmu”

Ternyata Abu Bakar dan Umar di kubur di kamar Aisyah. Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 dan dikuburkan di Baqi’: Kehidupan Aisyah penuh dengan kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Dari Abdullah bin Qais, Imam Ahmad menceritakan:

Aisyah berkata;

“Janganlah engkau tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah meninggalkannya, jika beliau sakit atau sedang malas, beliau melakukannya sambil duduk”

Aisyah memiliki kebiasaan untuk memperpanjang shalat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Abdullah bin Abu Musa:

“Mudrik atau Ibnu Mudrik mengutusku kepada Aisyah untuk menanyakan segala urusan. Aku tiba ketika di sedang shalat Dhuha. Lalu aku duduk sampai ia selesai melaksanakan shalat. Mereka berkata, ‘Sabar sabarlah kau menungguhnya'”

Aisyah pun senantiasa memperbanyak doa, ia sangat takut kepada Allah, dan banyak berpuasa walaupun cuaca sangat panas. Di dalam Musnad-nya, Ahmad berkata:

“Abdurahman bin Abu Bakar menemui Aisyah pada hari arafah yang ketika itu sedang berpuasa sehingga air yang dibawa disiramkan kepada Aisyah. Abdurrahman berkata:

‘Berbukalah’

Aisyah menjawab: ‘Bagaimana aku akan berbuka sementara aku mendengar Rasulullah telah bersabda:

‘Sesungguhnya puasa pada hari Arafah akan menebus dosa dosa sebelumnya.””

Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham pun. Rasulullah pernah bersabda:

“Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.”

Ada juga riwayat lain yang membuktikan kedermawanan Aisyah. Urwah berkata:

“Mu’awiyah memberikan uang sebanyak seratus ribu dirham kepada Aisyah. Demi Allah, sebelum matahari terbenam, Aisyah sudah membagi bagikan semuanya.”

Budaknya berkata:

‘Seandainya engkau belikan daging untuk kami dengan uang satu dirham’

Aisyah menjawab:

‘Seandainya engkau mengatakan hal itu sebelum aku membagikan uang itu,l niscaya akan aku lakukan hal itu untukmu'”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button