Asal Usul Perayaan Tahun Baru 1 Januari
Awal Mula Perayaan 1 Januari
Asal Usul Perayaan Tahun Baru 1 Januari dimulai sejak 45 SM, tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, sumber dari buku The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14, halaman 237.
“The Roman ruler Julius Caesar established January 1 as New Year’s Day in 46 BC. The Romans dedicated this day to Janus , the god of gates, doors, and beginnings. The month of January was named after Janus, who had two faces – one looking forward and the other looking backward.”
Yang artinya,
“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”
Dalam mendesain kalender baru ini Caesar dibantu oleh Sosigenes seorang ahli astronomis yang menyarankan penanggalan baru mengikuti perputaran matahari. Caesar juga memerintahkan untuk menambahkan satu hari setiap 4 tahun di bulan februari sebagai cara untuk meminimalisir penyimpangan dalam kalender.
Tahun Masehi Berhubungan Dengan Agama Kristen
Tahun Masehi sendiri sebenarnya diambil dari nama lain dari Isa Al Masih, ialah Dionisius seorang pendeta kristen yang memanfaatkan kalender Julius Caesar untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada kelahiran Yesus Kristus.
Di Jaman Romawi peringatan 1 Januari dirayakan dengan menghormati Dewa Janus
Dewa Janus sendiri merupakan Dewa bermuka dua yang satu wajahnya menggambarkan masa depan dan wajah lainnya adalah masa lalu.
Seiring perkembangannya, agama kristen akhirnya mewajibkan perayaan tahun baru sebagai perayaan suci, satu paket dengan natal. Sehingga pada ucapan selamat Natal selalu diikutkan dengan Tahun Baru (Merry Christmas and Happy New Year)
Perayaan Tahun Baru Masa Kini
Saat ini tak peduli apa pun agama dan latar belakang suku, tahun baru selalu dirayakan oleh beberapa kalangan baik tua maupun muda.
Mulai dari acara zikir bersama, pesta makan makan, minum minuman memabukkan sampai dengan berbuat maksiat kerap kali menjadi hal yang biasa dalam menyambut malam pergantian tahun.
Khalayak banyak tidak begitu peduli dengan sejarah yang menyertai asal usul perayaan tahun baru, rasa ego dan dan tak mau ketinggalan jaman membuat manusia lupa akan hakikat pergantian tahun sendiri.
Dari Sejarah di atas, maka jelaslah bahwa islam tidak pernah merayakan malam tahun baru bahkan dalam hal zikir bersama sekalipun, sebab jika dilakukan secara rutin, maka sama saja kita ikut merayakan malam pergantian tahun baru sama seperti yang lainnya.
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari kaum itu sendiri”
Malam pergantian tahun sebenarnya tidak berbeda sama sekali dengan pergantian hari hari lainnya, hanya saja ada beberapa kalangan yang menanggapinya secara berlebihan sementara yang lain ikut ikutan.