biografi perawi hadis abu hurairah
Nama asal Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dawsi (salah satu kabilah di Yaman), nama islam yang diberikan Nabi saw, sebagai pengganti nama masa jahiliah, yaitu Abdusysyams bin Shakhr. Kemudian dipanggil Abu Hurairah oleh Rasulullah saw, yang berarti “bapaknya kucing” pada saat beliau melihatnya membawa kucing kecil.
Pemandangan ini seringkali terlihat karena memang Abu Hurairah setiap hari selalu membawanya ke mana ia pergi dan pada malam hari ditempatkan di sebuah pepohonan. Nama kesayangan yang diberikan Rasulullah saw kemudian menjadi nama panggilan yang terkenal sehingga nama aslinya menjadi sangat jarang terdengar.
Abu Hurairah masuk islam pada tahun ke-7 Hijriyah pada tahun perang Khaibar dan meninggal dunia pada 57 H di Al-Aqiq menurut pendapat yang kuat. Dia adalah komandan penghuni shuffah, yang menghabiskan waktunya untuk beribadah.
Suffah adalah suatu tempat berlindungnya para sahabat yang zahid di Masjid Nabawi. Abu Hurairah adalah seorang sahabat yang mendapat doa dari Rasulullah saw agar dapat menghafal apa yang ia dengar.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, ia berkata:
Aku berkata, “Ya Rasulullah! Aku mendengar darimu beberapa perkara (hadis), tetapi aku tidak hafal,” Nabi bersabda “Bentangkan selendangmu,” Aku pun membentangkannya. Setelah itu, beliau banyak memberitakan hadis kepadaku dan aku tidak pernah lupa sedikitpun.”
Abu Hurairah memiliki sifat sifat yang terpuji, di antaranya wara’, takwa, dan zuhud. Ia juga dikenal sebagai seorang humoris yang bermanfaat. Ketika bertemu dengan anak anak kecil ia memiliki banyak humor dan ketika bertemu dengan teman temannya di pasar, ia suka bercerita dengan cerita yang menghibur. Akan tetapi, pada malam hari, ia selalu melaksanakan shalat tahajjud dengan khusyu’.
Ia pernah diangkat menjadi Gubernur Bahrain pada masa Umar bin Al-Khaththab dan pada masa Ali juga pernah akan diangkat menjadi gubernur, tetapi ia keberatan. Kemudian pada masa Mu’awiyah ia diangkat menjadi Gubernur Madinah.
Biografi Perawi Hadis Abu Hurairah
Sebagaimana karakter Umar bin Khaththab yang berhati hati dan tegas dalam memperkecil periwayatan hadis dari Rasulullah, Umar pernah mengingkari periwayatan Abu Hurairah yang banyak itu. Umar berkata:
“Sungguh engkau tinggalkan hadis atau kamu saya pulangkan ke desa asalmu Daws.” Akan tetapi, setelah Abu Hurairah meriwayatkan hadis:
“Barangsiapa yang mendustakan padaku dengan sengaja, maka hendak siap siaplah tempat tinggalnya dalam neraka.” Umar mengakuinya dan berkata: “Adapun jika demikian, pergilah dan beritakanlah hadis”
Sebagian kritikus hadis menuduh bahwa Abu Hurairah melakukan tadlis (menyembunyikan cacat) karena ia tidak bisa membedakan antara periwayatan hadis dari Nabi dan hadis dari Ka’ab Al-Ahbar. Kritikan itu dibantah oleh Bisyr bin Sa’id:
“Takutlah kepada Allah dan perihalah hadis. Demi Allah, aku melihat ketika aku duduk bersama Abu Hurairah, ia meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw dan memberitakan hadis kepada kita dari Ka’ab Al-Ahbar. Jika di sana terdapat tadlis, maka bukan dilakukan oleh Abu Hurairah, tetapi dilakukan oleh orang orang yang meriwayatkan hadis darinya”
Asy-Syafi’i mengatakan bahwa Abu Hurairah adalah orang yang paling hafal hadis pada masanya. Salim Abu Za’yaz’ah, seorang gubuernur dan katib Marwan bin Al-Hakam meriwayatkan bahwa Marwan pernah mengundang Abu Hurairah dan dipersilahkan duduk di belakang singgasananya.
Ia ditanya oleh Marwan dan aku mencatatnya sehingga setelah setahun kemudian dipanggil kembali dan dipersilahkan duduk di belakang hijab, kemudian ia ditanya lagi mengenai periwayatan yang sama. Abu Hurairah menjawab persis dengan catatanku, tidak menambah dan tidak mengurangi, tidak mendahulukan sesuatu katu dan tidak mengakhirkannya.
Abu Hurairah adalah salah seorang sahabat yang terbanyak dalam hal periwayatan hadis. Menurut Baqi, bin Mukhallad sebanyak 5.374 buha hadis.
Ia mengambil hadis dari sekitar 800 orang para sahabat dan para tabi’in. Kemudian diriwayatkan oleh para perawi dalam buku induk 6 hadis dan Imam Malik dalam Al-Muwathrha’ dan Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya.
Imam Al Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 93 buah hadis dan Muslim sebanyak 189 buah hadis. Abu Ishak Ibrahim bin Harb Al-Askari menghimpun hadis hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam musnadnya dan naskahnya masih ada di perpustakaan Turki sebagaimana disebutkan Tarikh Al-Adab Al-Arabi.
Abu Hurairah wafat pada usia 78 tahun dan masih hidup 47 tahun setelah Rasulullah saw wafat. Abu Hurairah wafat di Madinah pada tahun 57 H dalam usia 78 tahun. Segala waktunya ia habiskan untuk berkhidmah pada hadis Rasulullah saw.