kisahkisah islami

Curhat Malaikat Izrail ketika Mencabut nyawa

Allh SWT bertanya kepada Malaikat pencabut nyawa, Izrail,

“Apakah engkau kasihan terhadap hamba-hamba-Ku ketika mencabut nyawanya?”

Malaikat Izrail mejawab, “Ya allah, sepanjang masa, aku merasa kasihan kepada hamba-hamba-Mu. Aku pergi ke sebuah rumah dan harus mencabut nyawa sang ayah dari rumah itu. Sementara anaknya masih balita.

Aku merasa kasihan kepada mereka. Terkadang aku harus mencabut nyawa seorang pemudah di hadapan ayah dan ibunya. Mereka sangat mencintai pemuda itu. Aku merasa kasihan kepada mereka. Ketika aku hendak mencabut nyawa seorang ibu, anak-anaknya yang masih kecil berkumpul dan menangis mengelilinginya. Kematian ibu itu menyebabkan anak-anak kecil itu menjadi yatim. Tapi, apa yang bisa kulakukan di hadapan perintah-Mu. Jadi, aku merasa kasihan terhadap semua mahkuk-Mu.”

Allah swt bertanya kepada malaikat Izrail, “Siapakah di antara hamba-hamba-Ku yang lebih engkau kasihani?”

Malaikat Izrail menjawab, “Ketika sebuah kapal berlayar di tengah lautan. Engkau memerintahkanku untuk menenggelamkan kapal itu, kecuali seorang wanita dan bayinya yang baru lahir. Engkau memerintahkanku agar membiarkan mereka berdua tetap hidup. Wanita itu meletakkan bayinya di dalam secarik kain. Kemudian Engkau perintahkan aku untuk mencabut nyawa wanita itu. Bayi itu tinggal sendirian. Aku merasa kasihan pada bayi itu. Ombak lautan mengguncang bayi itu kesana-kemari. Hatiku sangat iba padanya”

Allah swt bertanya kepada Izrail, “Wahai Izrail, apakah engkau tahu apa yang Aku lakukan terhadap bayi itu? Aku perintahkan ombak lautan untuk membawa bayi itu menuju sebuah pulau yang air dan udaranya bersih. Aku perintahkan angin untuk tidak mengguncang bayi itu. Aku perintahkan awan untuk tidak menurunkan hujan. Aku perintahkan matahari untuk tidak membakar bayi itu dengan panas teriknya. Di suatu pulau, seekor harimau melahirkan anaknya. Aku perintahkan harimau itu untuk menyusui bayi manusia itu. Harimau menyusui bayi itu hingga ia tumbuh besar dan menjadi anak yang pemberani.”

Ketika anak itu dewasa, sebuah kapal melewati pulau itu. Aku jadikan penumpang kapal itu mencintai anak itu. Mereka pun mengambilnya dan membawanya ke kota. Wahai Izrail, dengan berjalannya waktu dan upaya yang gigih, anak itu akhirnya menjadi raja. Ketika dia menunjukkan permusuhan dengan-Ku, Aku mengutus Ibrahim menjadi Nabi supaya dia (Nabi Ibrahim) mengenalkan padanya tentang-Ku. Akan tetapi raja yang bernama Namrud itu malah berkata, “Aku adalah tuhan di bumi dan aku menyatakan perang kepada Tuhan langit.”

“Namrud membuat sebuah kotak dan mengikatkannya pada kaki empat ekor burung rajawali. Namrud membiarkan rajawali itu kelaparan selama beberapa masa dan kemudian memberinya makan sekerat daging. Lalu Namrud duduk di dalam kotak dan membiarkan rajawali itu terbang ke langit. Di tangannya Namrud memegang busur dan anak panah. Setelah terbang tinggi, Namrud melepaskan anak panah ke arah langit. Aku memerintahkan Jibril mengambil seekor ikan laut untuk dijadikan sasaran panah Namrud.”

“Malaikat Jibril bertanya pada-Ku, ‘Ya Allah, Namrud datang untuk memerangi-Mu, Mengapa Engkau melimpahkan rahmat dan kasih sayang seperti ini kepadanya?’

“Kami (Allah) berfirman pada Jibril, Wahai dia (Namrud) datang untuk memerangi-Ku, tapi Kami tidak memeranginya. Apapun yang dilakukannya dia tetap hamba Kami. Dan jika dia datang kepada Kami dengan sebuah harapan, maka Kami tidak akan memupuskan harapannya.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button