Fitnah Kepada Utsman bin Affan Menjelang Kematiannya
Pada suatu hari Rasululllah SAW berada di salah satu taman di Madinah. Saat itu Rasulullah bersama Abu Musa Al-Asy’ari. Tiba tiba ada seorang laki laki yang mengetuk pintu, maka Rasulullah SAW bersabda kepada Abu Musa:
“Bukakanlah pintu dan berikanlah dia kabar gembira berupa surga.”
Setelah membuka pintu, Abu Musa melihat Abu Bakar, maka dia pun memberi kabar gembira berupa surga. Orang yang kedua mengetuk pintu adalah Umar bin Khathab, maka dia pun diberi kabar gembira yang sama, kemudian ada lagi yang mengetuk pintu, Rasulullah kembali bersabda kepada Abu Musa:
“Bukakanlah pintu dan berilah kabar gembira berupa surga atas cobaan (musibah) yang akan menimpanya” Ternyata orang terakhir ini adalah Utsman bin Affan. Tatkala mendengar perkataan Rasulullah itu, Utsman pun berkata:
“Sesungguhnya Allah adalah tempat untuk meminta pertolongan.”
Sejak saat itu, Utsman mengetahui bahwa kelak Allah akan mengujinya dengan sebuah musibah yang ia sendiri tidak tahu kapan datangnya.
Fitnah pun terjadi pada pemerintahan Utsman. Fitnah ini disebabkan oleh seorang laki laki Yahudi yang berpura pura masuk islam sementara aslinya dia sangat membenci islam dan kaum Muslimin. Lelaki ini adalah ‘Abdullah bin Saba’.
Lelaki ini menggulirkan isu bahwa Utsman telah mengubah syariat Allah, berbuat zhalim dengan melakukan nepotisme terhadap keluarga dekatnya, dan memecat para gubernur yang telah ditunjuk oleh Umar bin Khathab.
Orang orang islam pun kemudian terperdaya oleh perkataan laki laki Yahudi ini. Para pemberontak pun muncul akibat isu ini, mereka adalah para muslim baru yang tidak mengenal pribadi Utsman bin Affan.
Mereka datang mengepung rumah Utsman, mereka mencegahnya makan, padahal sebelumnya Utsman lah yang memberi makan kepada mereka dengan hartanya.
Mereka mencegahnya minum, padahal dialah sebelumnya yang membeli sumur Raumah yang ia berikan kepada umat islam; dan mereka mengepung rumahnya, padahal dialah yang sebelumnya telah meluaskan masjid dengan hartanya sendiri.
Pengepungan rumah Utsman ini berlangsung selama empat puluh hari, namun Utsman tetap bersabar dengan berharap pahala dari Allah SWT.
Hingga ia tertidur, Rasulullah dan Abu Bakar datang dalam mimpinya. Keduanya berkata kepada Utsman:
“Malam ini kamu akan berbuka puasa bersama kami”
Maka pada hari itu Utsman berpuasa. Ia mengumpulkan mushaf di depannya untuk dibaca. Sementara itu para pemberontak akhirnya dapat menyusup masuk ke dalam rumahnya. Meskipun demikian Utsman tetap membaca Mushaf dan tidak menghiraukan mereka.
Salah seorang menendang Mushaf dan memukul Utsman dengan tangannya. Akibatnya, Utsman terjatuh ke hadapan Mushaf mereka kemudian menikamnya sampai Utsman tewas dalam keadaan syahid dan terzhalimi. Darah akibat tikaman itu mengalir membanjiri kitabullah.
Sejak hari terbunuhnya Utsman dan terhunusnya pedang fitnah (kerusuhan), api fitnah tidak pernah padam dan pedang fitnah tidak pernah disarungkan. Sejak saat itu umat islam selalu melakukan peperangan antara satu dengan yang lainnya.
Di langit, tempat ditegakkannya keadilan Tuhan, Utsman berdiri di hadapan tuhannya seraya mengadu kepada-Nya tentang apa yang dilakukan umat islam terhadapnya. Ia berkata:
“Tuhanku, lihatlah apa yang telah dilakukan hamba hamba-Mu yang mukmin terhadapku!!”