Humor dan senda gurau Rasulullah saw
Biasanya orang tidak memegang komitmen kejujuran dan perkataan benar saat bersenda gurau, akan tetapi, Rasulullah saw tetap guyonan dengan tetap memegang kejujuran, bercanda dengan tetap memegang kejujuran, dan beliau mengajarkan kepada umatnya agar berkomitmen memegang teguh kejujuran dan perkataan benar dalam segala kondisi.
Diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas bin Malik, ia bercerita; Syahdan ada seorang laki laki datang menghadap Nabi saw, lalu meminta sesuatu kepada beliau yang bisa ia naiki sebagai kendaraan. Rasulullah saw menjawab (dengan nada canda),
“Kami akan menaikkanmu di atas anak unta.” laki laki itu menukas, “Apa yang bisa ku perbuat dengan seekor anak unta?” Rasulullah menyahut, “Bukankah unta hanya melahirkan anak anak unta?”
Hadis ini juga diriwiyatkan oleh Ahmad dan At-Tirmidzi, serta dinyatakan sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al Jami.
Guyonan Rasulullah saw lainnya diceritakan oleh Zaid bin Aslam: Seorang wanita yang biasa dipanggil Ummu Aiman datang menemui Rasulullah saw lalu berkata,
“Suami saya mengundang Anda ke rumah” Beliau menjawab, “Siapa dia? Apakah ia yang dikedua matanya ada putih putihnya?” wanita itu menjawab, “Demi Allah tidak ada putih putih di matanya” Beliau menyahut, “Ada. Di matanya pasti ada putih putihnya”, Wanita itu tetap bersikukuh “Tidak ada, demi Allah.” Beliau pun menimpal, “Tidak ada seorang pun kecuali ada putih putih di matanya” Yang beliau maksudkan adalah yang melingkari mata sedangkan bagi wanita tersebut kiranya adalah penyakit mata.
Humor dan senda gurau Rasulullah saw
Ahmad juga melansir dari Anas, ceritanya: Ada seorang laki laki dari warga kampung pedalaman yang bernama Zahir datang dan menghadiahi Nabi saw sebuah hadiah dari kampung pedalaman.
Ketika ia hendak keluar berpamitan, Rasulullah saw menyiapkan bekal perjalanan untuknya, sambil bersabda, “Zahir adalah orang kampung kita, dan kita adalah orang kotanya.” Rasulullah saw menyukainya meskipun ia seorang laki laki cebol.
Ketika ia sedang menjual barangnya yang dibawanya dari kampung pedalaman, Rasulullah menghampirinya dan langsung memeluknya dari belakang, sehingga ia tidak dapat melihat beliau. Ia pun berkata, “Lepaskan aku, Siapa ini? Begitu menoleh dan tahu bahwa yang memeluknya adalah Nabi saw, maka ia tidak henti hentinya menempelkan punggungnya ke dada Rasulullah saw.
Rasulullah saw pun bersabda dengan nada canda, “Siapa yang mau membeli budak ini?” Ia menukas, “Wahai Rasulullah, jadi demi Allah, Anda menganggap saya tidak laku dijual?” Rasulullah saw menjawab, “Tapi di sisi Allah kau bukan budak yang tidak laku dijual”
Versi lain menyebutkan, “Tapi kau mahal di sisi Allah”. Dari konteks hadis ini, bisa Anda lihat bahwa yang beliau maksud budak dalam hadis tersebut adalah hamba Allah, dan setiap kita adalah budak, atau hamba Allah.
Dari contoh contoh kasus di atas, Anda dapat melihat bahwa Rasulullah saw juga memliki rasa humor yang tinggi, tapi canda gurau beliau tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, ia berkata: Orang orang berkata, “Wahai Rasulullah, Anda bercanda pada kami?” Beliau membalas, “Sesungguhnya aku tidak berkata melainkan kebenaran semata” Bagaimanapun beliau adalah seorang Nabi, dan status kenabian beliau tidak memberikan tempat bagi kebatilan dalam ruang perilaku beliau, hingga dalam masalah guyonan dan canda gurau yang biasanya dilakukan oleh orang orang dengan bumbu kebohongan.
Rasulullah saw benar benar hidup di dunia layaknya seorang perantau orang mampir. Belum pernah dan tidak akan pernah lihat seorang perantau atau orang mampir yang sedang berisitirahat menunggu jemputan kendaraan kemudian membangun rumah mewah, sementara kendaraannya akan segera datang. Jikalau ia melakukan demikian, maka orang orang akan menganggapnya bodoh dan salah perbuatan