imammazhabtokoh islam

Kegiatan Belajar Mengajar Imam Malik

imam malikDi saat saat belajarnya, Imam Malik benar-benar menikmati anugerah yang telah diberikan kepadanya, yaitu daya ingat dan daya hafal yang kuat. Ia dapat menghafalkan tiga puluh hadis Rasulullah saw yang didengarnya sekaligus. Daya ingat itulah yang membantunya dalam menghafal Al Quran di usianya yang masih sangat muda.

Imam Malik berguru kepada banyak ulama Madinah, seperti Nafi’ bin Abi Nu’aim, Az-Zuhri, dan Nafi’ Maula Abdillah bin Umar.

Guru besarnya yang lain adalah Rabiah bin Abdurrahman yang terkenal dengan sebutan Rabiah Ar-Ra’yu. Malik berguru kepadanya atas perintah ibundanya, perempuan yang telah memakaikan baju terbaik dan surban kepadanya, kemudian berkata, “Pergilah kamu kepada Rabiah. Pelajarilah ilmunya sebelum sastranya”

Related Articles

Imam Malik Menimbah ilmu dari beberapa ulama di zamannya. Ia duduk di hadapan mereka karena haus terhadap ilmu-ilmu mereka. Bahkan, terkadang ia duduk selama mungkin khusus kepada satu guru besar saja.

Hal ini sebagaimana diceritakan bahwa ia pernah belajar selama tujuh tahun sempurna kepada Ibnu Hurmuz, tanpa mencampurkannya dengan guru lain.

Kegiatan Belajar Mengajar Imam Malik

Di saat saat itu, ia sering duduk di depan pintu rumah gurunya beberapa lama sampai ia mendapatkan waktu longgar dari gurunya dan diperkenankan duduk di depannya.

Akhirnya Imam Malik mendapatkan ilmu yang banyak, bahkan menjadi guru bagi para Imam besar yang semasa dengannya, seperti Al-Auza’I, Syafi’I, dan Yahya bin Sa’id.

Tidak jarang pulah sebagian gurunya dari kalangan ulama besar, seperti Yahya Al-Anshari, Muhammad bin Muslim Az-Zuhri, dan Nafi, duduk belajar kepadanya, datang dan pergi ke majelis ilmunya, dan mendengarkan hadis Rasulullah saw darinya.

Para ulama itu menjadi lebih kuat ilmunya karena ilmu yang dimiliki Malik. Oleh Karena itu, di Kota Madinah Al-Munawwarah seorang penyeruh mengumumkan, “Perhatikanlah! Tidak boleh seorang pun mengeluarkan fatwa, kecuali Malik bin Anas dan Ibnu Abi Dzi’b”

Imam ini telah menempatkan dirinya pada posisi yang tepat di bidang keilmuan. Dia berkata, “Tiada kebaikan pada orang yang mengetahui bahwa dirinya berada di atas satu posisi, sedangkan orang-orang melihat bahwa ia tepat untuk menempatinya.” Kemudian ia melanjutkan ucapannya mengenai kedudukannya sebagai orang yang berfatwa,

“Tidak semua orang yang suka duduk di Masjid membacakan hadis dan menyampaikan fatwa boleh, menempati kedudukan itu sampai orang orang yang baik, utama, dan yang memiliki otoritas kepada masjid itu bermusyawarah. Jika  mereka memandangnya sebagai orang yang tepat untuk mendudukinya, silahkan ia duduk. Aku pun tidak duduk menempati tempatku ini sebelum 70 syekh di antara orang orang ahil imu bersaksi untukku bahwa aku pantas duduk di tempat itu”

Tiap kali menyampaikan hadis, Imam Malik, sebagai seorang Imam ahli hadis, selalu bagkit berwudu terlebih dahulu, kemudian duduk di atas alasnya, menyisir jenggotnya, lalu menyempurnakan duduknya dengan tenang dan penuh wibawa. Setelah itu ia baru membacakan hadis Rasulullah saw.

Oleh Karena itu, aku tidak menyampaikan hadis kecuali dalam keadaan sempurna dan suci. “Begitulah Imam Malik, sampai tuanya, dia tidak pernah mengendarai (unta atau yang lainnya di Madinah). Dalam masalah ini ia berkata,
“Aku tidak mengendari Unta atau yang lainnya di Madinah karena di sana jasad Rasulullah saw dikuburkan.” Selain itu, Malik juga  sangat cinta kepada Madinatur Rasul. Dia selalu tinggal di sana dan tidak ingin berpindah ke tempat yang lain.

Maka ketika para penguasa dari Bani Abbas mengirim beberapa utusan supaya mereka mendatangkannya ke Irak, beliau selalu mengemukakan alasan dan menunda pertemuan itu sampai musim haji sehingga merekalah yang datang kepadanya dan ia tidak perlu datang kepada mereka

Dalam hal ini dia berkata, “Madinah lebih baik untuk mereka kalau saja mereka mau melakukan” itulah sebabnya beliau tidak pernah mengembara ke negeri negeri lain sebagaimana pengembara Abu Hanifah dan Syafi’i.

Dengan segenap jiwa dan sepanjang umurnya, Imam Malik memuliahkan hadis Rasulullah saw. Oleh sebab itu, hadis pun memuliakannya, kunci-kuncinya diberikan kepadanya, dan tali pengikatnya dikendorkan untuknya.

Dengan cahayanya dan cahaya Allah, ilmu itu dibukakan untuknya. Jadilah Malik seorang Imam dan pemimpin fakultas hadis di antara para ulama Islam dan ahi hadis lainnya.

Fiqih Imam Malik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button