kisah rasulullahRasulullah saw

Kesaksian dua wanita Nasrani akan Kenabian muhammad saw

Disebutkan dalam kitab tarikh al-waqidi, bahwasanya Mukaukis, petinggi kristen Koptik di Mesir mengawinkan putrinya, Armanusah dengan Konstantine putra Heraklius.

Ia melengkapi putrinya dengan harta benda bersama rombongan pengiring yang menyertainya menuju perhelatan pernikahannya yang digelar di kota Qaisariyyah.

Rombongan sang putri keluar menuju Bilbais dan singga di sana. Amru bin Al-Ash (bersama pasukan Muslimin) kemudian datang ke Bilbais dan mengepungnya dengan ketat. Pertempuran pun tak terhindarkan.

Dari kubu mereka sekitar 1000 tentara terbunuh dan sisanya tercarai berai, melarikan diri ke Mukaikus. Armanusah ditangkap sebagai tawanan. Seluru hartnya disita bersama harta milik orang orang kristen Koptik di Bilbais.

Amru kemudian berbaik hati dengan Mukaukis, dan menyerahkan putri dengan segala penghormatan beserta seluruh hartanya. Rombongan Amru ini dipimpin oleh Qais ibnu Abu Al-Ash As-Sahmi. Mukaukis pun bersuka cita menyambut kedatangan putrinya.

Satu hal yang ingin kami kemukakan di sini adalah pembicaraan putri Mukaukis dengan dayangnya yang bernama Maria. Sebagai informasi, Maria sangat takut kepada kaum Muslimin dan menganggap mereka sebagai bangsa binatang, bahkan dalam pandangannya mereka lebih sesat dan hina daripada semua binatang.

Ketika ia larut memperingatkan putri Mukaukis dari kaum muslimin sambil menggambarkan kondisi mereka kepadanya, putri Mukaukis malah berbicara kepadanya:

“Kamu keliru Maria. Apakah kamu lupa, ayahku pernah menghadiahi Nabi mereka putri Anshina, dan ia hidup bahagia di sisinya dalam kerajaan yang sebagiannya langit dan sebagiannya hati.

Ayah memberitahukan kepadaku bahwa sebenarnya beliau mengirimnya untuk menyelidiki fakta kebenaran agama ini dan hakikat nabi ini dan megirimkan berita kepada Ayah yang menyatakan bahwa kaum Muslimin ini merupakan nalar baru yang akan meletakkan parameter acuan di dunia untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

Nabi mereka lebih bersih daripada awan di langit, dan mereka dikirim ke medan perang dengan norma norma agama mereka dan pranata pranata luhurnya, bukan menuruti hawa nafsu dan syahwat mereka, sehingga jika mereka menghunus pedang, maka mereka menghunusnya dengan aturan dan jika mereka mangayunkannya, mereka juga mengayunkannya dengan aturan.

Terkait dengan  kaum wanita mereka, ia memberitahukan bahwa mereka lebih mengkhawatirkan kehormatan mereka dari ayah mereka sendiri dari para sahabat Nabi ini, sebab para sahabat Nabi ini semuanya berada pada bingkai bingkai kewajiban kewajiban hati dan kewajiban kewajiban akal.

Nurani keislaman dalam diri setiap pria di antara mereka pun menjadi algojo pemegang senjata yang akan menebas pemiliknya sendiri jika mereka melanggarnya.

Kesaksian dua wanita Nasrani akan Kenabian muhammad saw

Kenabian muhammad saw

Ayah juga mengatakan bahwa mereka tidak iri pada umat umat lain dan tidak memerangi mereka dengan gaya perang raja raja, akan tetapi dengan gaya pergerakan syariat baru yang tampil di dunia dengan memanggul senjata sekaligus akhlak dan kuat luar dalam (lahir dan batin) sehingga di belakang senjata mereka ada akhlak mereka. Dengan demikian bahkan senjata mereka pun berakhlak.

Ayah mengatakan pula bahwa agama ini akan bergerak maju membawa akhlak ke seluruh dunia seperti curah hujan di pohon yang gundul. Sehingga tidak lama kemudian dunia akan menghijau dan rindang.

Dengan demikian agama ini berada di atas sistem sistem politik yang bekerja sebatas formalistik, mirip dengan mengecat pohon yang mati dan gundul dengan warna hijau.

Maria pun merasa tenang dan nyaman denga penjelasan tersebut sebagaima halnya Armanusah. Ia lalu berkata,

“Jadi tidak masalah jika mereka menduduki negeri kita dan tidak ada yang perlu kita takutkan dengannnya.”

Armanusah menimpal, “Tepat, Maria. Tidak ada masalah, bahkan yang terjadi justru sesuai dengan apa yang kita inginkan untuk diri kita. Sebab kaum Muslimin tidak seperti tentara kafir Romawi yang memahami kenikmatan dunia dengan visi kenginan untuk mendapatkannya tanpa mempedulikan halal dan haramnya.

Mereka adalah orang orang yang berhati keras, kasar, dan rakus seperti binatang. Berbeda halnya dengan pasukan muslimin yang memahami kenikmatan dunia dengan visi merasa cukup darinya sambil membedakan antara yang halal dan yang haram.

Mereka adalah manusia yang baik hati dan menjaga kehormatan dan harga diri”

Maria menukas, “Demi Ayahandamu, Armanusah, ini benar benar luar biasa! Socrates, Plato, Aristoteles, serta para filsuf dan kaum bijak lainnya meninggal tanpa mampu memberikan sumbangan apa apa denga hikmah dan filasafat mereka selain hanya buku buku yang mereka tulis.

Armanusah berkata, “Para ilmuwan yang mengetahui seluk beluk langit, benda benda angkasanya, dan perhitungan astronominya bukanlah orang orang merekahkan fajar dan menerbitkan matahari.

Saya telah mengkaji Al Masih (Kristus), sepak terjang/karya nyata, dan zamannya. Dan sepanjang usianya, ia selalu berusaha mewujudkan umat ini, hanya saja dia hanya mampu mewujudkannya hanya pada diri dan pengikut setianya.

Tampilnya kebenaran dari laki laki yang buta huruf ini merupakan sinyal peringatan kebenaran tersebut akan eksistensi dirinya sekaligus bukti nyatanya bahwa ia merupakan manifestasi ketuhanan.

Anehnya Maria, Kata Armanusah, “Nabi ini justru direndahkan dan diusir oleh kaumnya dan mereka sepakat untuk menentangnya.

Dalam hal ini ia seperti Al Masih, hanya saja Al Masih berhenti pada titik tersebut, sementara Nabi ini kokoh. Dia tidak bergeming mundur dan berubah sedikitpun dan memilih hijrah dari kampung halamannya.

Dan itu merupakan langkah kebenaran pertama yang mendeklarasikan diri bahwa ia akan terus maju melangkah di dunia dan sejak itu ia memang benar benar terus berjalan maju..

Seandainya kebenaran Al Masih hadir ke seluruh dunia, ia tetap tidak akan berjalan seperti itu. Inilah perbedaan lebih lanjut di antara keduanya.

Perbedaan ketiga antara Al Masih dan Nabi ini ialah, Al Masih hanya membawa satu ibadah saja, yaitu ibadah hati, sedangkan agama ini sebagaimana yang saya tahu dari ayah saya adalah tiga ibadah yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain:

Pertama untuk anggota badan kedua untuk hati dan ketiga untuk jiwa.

Ibadah fisik adalah kesucian anggota badan dan kebiasaannya untuk berdisiplin. Sedangkan ibadah hati ialah kesuciannya dan kecintaannya pada kebaikan.

Sedangkan ibadah jiwa adalah kesuciannya dan jerih payahnya di jalan kemanusiaan. Menurut ayah saya, dengan ibadah yang terakhir ini, mereka akan menguasai dunia sebagai umat yang berideologi bahwa kematian adalah pilihan yang lapang dan paling membahayakan tidak akan pernah terjalahkan oleh siapapun.”

Maria menanggapi. “Demi Tuhan, ini merupakan rahasia ilahi yang menunjukkan dirinya. Sudah menjadi karakter manusia bahwa dirinya tidak akan maju tanpa menghiraukan hidup mati kecuali dalam sedikit kasus.

Dan pada umumnya karakter manusia cenderung buta, misalnya marah buta, cinta buta, dan takabur buta.

Jika memang umat Islam ini sebagaimana yang kamu katakan bergerak maju dengan pergerakan ini tanpa ada apa apa di dalam diri mereka selain perasaan akan identitas kediriannya yang luhur, dan apa yang terjadi setelah itu merupakan bukti bahwa agama ini adalah manifestasi perasaan manusia akan keluhuran jati dirinya, dan ini merupakan “Puncaknya puncak” dalam tradisi filsafat dan hikmah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button