Kisah 8 Dirham Milik Rasulullah yang Membawa Berkah
Pada suatu hari, Rasulullah saw berangkat ke pasar dengan berbekal 8 dirham. Dengan uang tersebut, Rasulullah bermaksud membeli pakaian baru karena pakaian yang dikenakannya saat itu sudah tua usianya. Namun, sebelum mencapai pasar, di pinggir jalan , dilihatnya seorang perempuan yang sedang menangis tersedu-sedu.
“Assalamu’alaikum. Mengapa engkau menangis sedih seperti itu?” Tanya Rasulullah pada perempuan itu.
Sang perempuan mengangkat wajahnya, dan begitu melihat Rasulullah, dia pun segera menceritakan sebab-sebab kesedihannya.
“Wahai Rasulullah, aku ini seorang budak yang bertugas belanja ke pasar. Hari ini aku bermaksud menyelesaikan tugasku berbelanja, namun ternyata uang yang kubawa sebanyak 2 dirham telah hilang entah ke mana. Aku bingung ya Rasulullah, bagaimana bisa aku memenuhi tugasku sekarang?” Jawab perempuan itu dengan wajah cemas.
Rasulullah merasa iba begitu mendengar penuturan itu. Sebagai sosok pemurah dan tidak pernah segan menolong orang lain, Rasulullah menyerahkan 2 keping dirham yang dimilikinya kepada si perempuan.
“Ambillah uang 2 dirham ini dan belanjakanlah sesusai dengan perintah yang engkau terima,” kata Rasulullah
“Terima kasih wahai rasul yang mulia.”
Usai menyerahkan 2 keping dirham, Rasulullah melanjutkan perjalanan ke pasar dan berhasil membeli sehelai pakaian seharga 4 dirham. Setelah memperoleh baju baru, Rasulullah pun mengenakannya di atas pakaian lamanya dan bermaksud melangkah pulang ke rumah.
Tetapi, baru saja beliau berjalan tak begitu jauh, didengarnya satu suara serak namun keras menggema di sekitarnya.
“Siapa saja yang berkenan memberiku pakaian, semoga kelak Allah memberinya pakaian dari kain surga…”
Rasulullah menoleh dan mendapati seorang lelaki tua yang bertelanjang dada berteriak-teriak memohon orang untuk memberinya pakaian. Beliau adalah orang yang tidak pernah menolak permintaan orang lain. Karena itu, begitu di dengarnya teriakan kakek tersebut, dengan segera dibukanya pakaian barunya dan diserahkan kepada laki-laki tua tersebut.
“Ambillah pakaian ini, kek. Pakaian ini menjadi milikmu dan semoga bermanfaat bagi dirimu”
“Alhamdulillah…”
Kakek tua itu sangat bersyukur karena kini dia telah memperoleh pakaian yang akan mencegahnya dari panas dan dingin.
Selanjutnya, dengan sisa 2 dirham terakhir yang dimilikinya, Rasulullah kembali ke pasar, membeli sehelai pakaian, dan kali ini benar-benar bergegas kembali ke rumah. Tetapi di luar pasar, Rasulullah merasa heran, budak perempuan yang ditolongnya sebelumnya masih saja berada di sana dan nampak kembali bersedih hati.
“Mengapa engkau masih saja berada di sini?” tanya Rasulullah dengan heran.
“Wahai Rasulullah, dengan bantuanmu aku tadi sudah dapat berbelanja. Tapi sekarang aku takut pulang, karena tuanku (majikanku) tentu akan sangat marah karena aku terlambat pulang.”
Maka, diantarlah oleh Rasulullah budak yang ketakukan itu hingga sampai ke rumahnya di perkampungan Anshar. Rupanya, kampung tempat si budak itu tinggal hanya dihuni oleh kaum perempuan, karena para lelakinya sudah meninggal dunia. Rasulullah mengucapkan salam di depan rumah si budak.
“Assalamu’alaikum…”
Tidak terdengar jawaban. Para penghuni rumah sebenarnya mendengar salam itu dan mengenali suara Rasulullah, tetapi mereka berharap Rasulullah mengulangi salamnya kembali, agar mereka memperoleh lebih banyak lagi doa dari Rasulullah. Bukankah ucapan salam merupakan sebuah doa?
Mengetahui belum ada yang menjawab salamnya, Rasulullah pun mengulanginya hingga 3 kali dengan suara lebih keras. Setelah ucapan ke-3, baru terdengar sebuah jawaban.
Rasulullah bertanya, “Apakah kalian tidak mendengar salamku?”
“Kami mendengarnya Rasulullah, tetapi kami ingin mendapat keberkahan salam darimu lebih banyak lagi untuk kami dan anak anak kami,” jawab penghuni rumah.
Setelah itu, Rasulullah menjelaskan maksud kedatangannya.
“Aku mengantar budak perempuan kalian. Dia datang terlambat dari pasar dan takut bila kalian akan menghukumnya. Maka berikanlah hukuman itu kepadaku,” Ujar Rasulullah.
Mendengar itu, majikan si budak segera saja berkata,
“Hukumannya telah kami berikan kepadamu, yaitu karena ia berjalan bersamamu, maka ia kami merdekakan, lillahi ta’ala.”
Alangkah senangnya hati si budak mendengar itu. Begitu juga dengan Rasulullah. Dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Rasulullah berkata,
“Aku tidak pernah melihat ada 8 dirham lebih banyak berkahnya daripada 8 dirham ini. Ia telah memberi rasa aman pada orang yang takut, memberi pakaian pada orang yang telanjang, dan memerdekakan satu jiwa atas izin Allah. Sungguh, tidak ada seorang Muslim pun yang memberi pakaian kepada Muslim yang lain, kecuali Allah akan menjaganya, selama masih ada selembar kain yang dikenakannya.”
Sungguh betapa penuh berkahnya 8 dirham milik Rasulullah.