Kisah Asma’; Sahabat Wanita Pembunuh Sembilan Musuh Rasulullah SAW
Asma’ binti Yazid adalah salah seorang sahabat Rasulullah yang terkemuka. Ia dikenal sebagai perempuan cerdas yang kritis dan berani mengungkapkan pendapatnya. Tidak kurang dari 81 hadis berasal dari riwayat Asma’.
Salah satu peristiwa yang tercatat dalam sejarah adalah keberanian Asma’ menjadi juru bicara kaum perempuan di hadapan Nabi Muhammad saw. Saat itu Asma’ menyampaikan pendapat para Muslimah mengenai peran mereka di rumah tangga dan kesempatan untuk beramal saleh.
Suatu ketika Asma’ datang ke majelis Rasulullah seraya berkata, “Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah! aku adalah utusan kaum perempuan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengutusmu kepada kaum laki-laki dan perempuan, lalu kami beriman kepadamu dan kepada Tuhanmu.
Namun, sesungguhnya kami kaum perempuan sangat terpenjara dan terbatas dalam beraktivitas. Kami hanya menjadi tiang penyangga keluarga bagi kaum laki laki, tempat pemuasan syahwat laki laki dan mengandung anak mereka selama berbulan-bulan.
Sedangkan kaum laki-laki diberi kelebihan di atas kami semua. Mereka diperbolehkan melakukan shalat jum’at, shalat berjamaah, mengunjungi orang sakit, mengantarkan jenazah, menunaikan ibada haji berkali kali, bahkan berperang di jalan Allah swt.
Jika salah seorang mereka pergi berhaji, berumrah atau berjihad, maka kami memelihara hartanya. Kami memintal baju mereka dan mendidik anak-anak mereka. Maka, apakah kami mendapatkan pahala dan kebaikan seperti mereka?”
Pertanyaan Asma‘ yang begitu lugas membuat beberapa sahabat yang hadir dalam majelis itu tersentak. Mereka terdiam. Rasulullah kemudian menoleh dan membalikkan tubuh ke arah para sahabat seraya berkata, “Pernahkah kalian mendengar pertanyaan yang lebih baik daripada pertanyaan perempuan tadi mengenai agamanya?”
Para sahabat menggelengkan kepala seraya mengatakan, “Ya Rasulullah, kami tidak menyangka ada perempuan yang bertanya seperti itu.”
Kemudian Rasulullah berkata kepada Asma’ sambil menjawab pertanyaannya, “Pahamilah olehmu wahai kaum perempuan, kemudian beritahukanlah kepada generasi perempuan setelah dirimu, bahwa pengabdian seorang perempuan kepada suaminya, upaya seorang perempuan untuk mencari keridhaan suaminya, dan ketaatan seorang perempuan terhadap perintah suaminya, sama dengan seluruh pahala yang diperolah oleh suaminya.”
Mendengar jawaban tersebut, legalah hati Asma’ binti Yazid. Ia kembali kepada kaumnya dengan membawa berita gembira.
Rasulullah ternyata tidak membatasi peluang seorang perempuan untuk memeroleh pahala. Islam ternyata tidak memandang rendah aktivitas perempuan di dalam rumahnya. Sambil membaca tahlil, Asma’ kemudian menjelaskan jawaban Rasulullah tersebut.
Mereka pun bergembira dengan jawaban yang diberikan Rasulullah. Peristiwa tersebut menjadi bukti bahwa Islam tidak pernah memasung hak perempuan untuk menyampaikan persoalan yang dihadapinya.
Ketika terjadi pertempuran di Yarmuk, dalam sebuah riwayat, seorang Muslimah yang turut berjuang bercerita bahwa Asma’ telah membunuh sembilan orang Romawi dengan sebilah kayu yang disembunyikannya.