Kisah Dakwa Rasulullah Ke Bani Amir
Saat berusia muda, Rasulullah saw bertandang ke komunitas kaum Amir bin Sha’ah dan mengajak mereka menyembah Allah serta menjadikan-Nya satu-satunya wujud sesembahan.
Rasulullah saw juga mengajak mereka untuk bahu-membahu menyiarkan agama Allah. Salah seorang di antara mereka yang bernama Buhairah bin Faras berkata, “Demi Tuhan, jika kita menerima tawaran anak muda ini, kabilah-kabilah Arab akan menindas dan melenyapkan kita.”
Buhairah juga berkata kepada Rasulullah saw, “Apabila kami menerima ajakanmu dan orang-orang yang menentangmu mengetahuinya, apa yang bisa kau lakukan untuk kami? Bagaimana pula dengan nasibmu?”
Rasulullah saw menjawab, “Semua telah digariskan Allah. Dia berhak melakukan segala yang dikehendaki-Nya”
Buhairah bin Faras berkata lugas, berkata “Menerima ajakanmu hanya mendatangkan permusuhan kabilah-kabilah Arab, sementara tidak ada sesuatu yang bisa diharapkan darimu! Jika kuserahkan nasibmu kepada Allahmu, kami tidak sudi menerima ajakanmu”
Rasulullah saw lantas meninggalkan kampung Bani Amir. Mereka lantas menemui kepala kabilah mereka yang telah berusia lanjut untuk menceritakan tentang dakwah Muhammad saw barusan.
Kisah Dakwa Rasulullah Ke Bani Amir
Saat bertemu tetua kabilah itu, mereka meceritakan apa yang ditawarkan Rasulullah. Dengan ketus, salah seorang di antara mereka berkata di hadapan kepala kabilah, “Ada seorang pemuda Quraisy yang mengaku sebagai keturunan dari Abdul Muthalib. Dia mengkalaim dirinya sebagai Nabi, mengajak kita beriman kepada Allah, dan meminta kita menjadi mitra perjuangannya menyiarkan agama yang dibawanya. Dia juga menyampaikan keinginannya untuk ke tempat kita”
Usai mendengar penjelasan tersebut, orang yang paling disegani di kabilah Bani Amir tersebut tidak kuasa menahan kepiluan hatinya. Dia menepukkan kedua tangannya ke kepala. Dia lalu berujar, “Wahai segenap Bani Amir! Adakah di antara kalian yang tidak ingin selamat dari kebinasaan? Adakah di antara kalian yang tidak mencari kebahagiaan hakiki dan abadi? Demi zat yang nyawa fulan (Muhammad saw) di tangan-Nya, aku tidak ragu sedikit pun bahwa anak muda yang berbicara kepada kalian itu adalah keturunan Nabi Ismail. Apa yang dia serukan itu adalah benar. Sikap dan perkataan kalian salah besar” (Ibnu Katsir)
Semoga bermanfaat…