Kisah Iming iming Quraisy Bagi yang Membunuh Rasulullah saw
Quraisy menyebarkan pengumuman di tempat tempat yang biasa dijadikan ajang kumpul dan diskusi di kota Mekah bahwa barang siapa yang dapat membawa Muhammad saw hidup atau mati, maka ia berhak mendapatkan 100 ekor unta.
Berita ini menyebar ke seluruh kabilah Arab Baduwi di penggiran kota Mekah. Dan salah seorang yang tertarik pada penawaran untuk membunuh Rasulullah saw yaitu Suraqah bin Malik bin Ju’tsum. Ia berusaha keras mengerahkan seluruh daya upayanya demi medapatkan hadiah seratus unta tersebut.
Ibnu Syihab menuturkan: Aku medapat berita dari Abdurrahman bin Malik Al-Mudliji, keponakan Suraqah bahwa ayahnya pernah bercerita kepadanya bahwasanya ia mendengar Suraqag bin Malik bercerita:
Seorang utusan kafir Quraisy datang kepada kami dan mengabarkan bahwa mereka memasang kompensasi bagi orang yang bisa membunuh atau menawan Muhammad bin Abu Bakar.
Ketika aku tengah duduk duduk di kalangan kaumku Bani Mudlij salah seorang di antara mereka (suku Quraisy) datang tergopoh gopoh dan berdiri di hadapan kami, sementara kami tetap duduk. Ia berkata:
“Hai Suraqah, tadi aku benar benar melihat bayang-banyangan hitam di tepian padang pasir yang kupikir adalah Muhammad dan sahabat sahabatnya.”
Aku yakin bahwa itu adalah mereka, namun aku bilang kepadanya, “Itu bukanlah mereka, tapi kamu harus melihat si fulan dan si fulan benar benar pergi dengan mata kepala kita.”
Aku tetap bertahan di tempat pertemuan tersebut selama beberapa saat, untuk kemudian bangkit dan masuk rumah. Lalu kemudian aku perintahkan budakku untuk keluar dengan kudaku yang berada di balik bukit, lalu mengikatnya untukku.
Selanjutnya aku ambil panahku dan menentengnya dari punggung rumah, kemudian aku berlari kencang menuju puncak bukit hingga sampai pada kudaku dan langsung aku tunggangi. Aku latih ia bagaimana cara mendekatiku ketika aku benar benar dekat dengan mereka, dan begitu ia temukan aku, maka aku durumkan dia. Aku lantas berdiri mengambil warangka panahku dan mengeluarkan beberapa anak panah dari sana.
Kemudian aku timbang timbang anak anak panah tersebut, apakah akan mengenai mereka atau tidak, dan keluarlah yang tidak aku sukai. Segera aku kendarai kudaku sambil memegang anak panah yang siap diluncurkan.
Aku terus mendekat sampai aku mendengar bacaan Rasulullah saw. Aku melihat beliau sama sekali tidak menoleh sementara Abu Bakar sering menoleh kanan kiri. Kedua kaki depan kudaku terbenam ke tanah hingga sampai lutut, maka aku derumkan ia, kemudian aku caci maki. Ia pun bangkit, namun ia nyaris tidak bisa mengeluarkan kedua kaki depannya.
Ketika ia sudah berdiri lurus, ternyata di bekas kedua kaki depannya ada seekor ular yang memancarkan sinar terang di langit seperti asap. Segera aku ambil anak panahku menuju rombolan Rasulullah , dan mereka pun langsung berdiri. Aku kendari kudaku menuju mereka, namun setelah mengetahu duduk permasalahan Rasulullah saw, hilanglah dari diriku niatan untuk menangkap mereka. Aku katakan kepada mereka “Sesungguhnya kaummu telah memasang hadiah untukmu”
Aku beritahukan kepada mereka berita berita apa yang diinginkan orang orang terhadap mereka dan aku tawari kepada mereka bekal perjalanan dan barang barang bawaan. Namun, mereka tidak meminta apa apa dariku kecuali beliau berkata:
“Bersikaplah seolah olah kau tidak mengetahui apa apa tentang kami.” Lalu aku meminta beliau agar menulis surat jaminan keamanan untukku. Beliau pun menyuruh Amir bin Fuhairah dan dia lantas menulisnya pada sepotong kulit domba bir biri. Setelah itu Rasulullah saw pergi melanjutkan perjalanan.