Kisah Tragedi Bir Ma’unah
Diriwayatkan dari Anas ra, ia bercerita:
Serombongan orang dari Bani Sulaim datang menghadap Nabi saw dan berkata, “Utuskan bersama kami beberapa laki laki yang mengajari kami Al Quran dan sunnah.” Nabi saw pun mengirimkan kepada mereka tujuh puluh orang Anshar yang dikenal sebagai qurra (ahli baca Al Quran).
Di antara mereka ada pamanku (dari garis ibu), Haram. Orang orang ini selalu membaca Al Quran di siang hari dan selalu melakukan ajar mengajar di malam hari. Siang harinya, mereka mengambil air dan meletakkannya di masjid. Mereka juga mencari kayu bakar, lalu menjualnya. Hasilnya mereka belikan makanan untuk Ahlushsuffah yaitu kalangan yang fuqara kaum Muslimin yang tidak memiliki apa apa dan numpang tinggal di emperan masjid.
Rasulullah saw mengirim para qurra ini kepada mereka, namun di tengah jalan rombongan dicegat oleh orang orang Bani Sulaim dan dibunuh sebelum mereka sampai ke tempat tujuan.
Sebelum meninggal, mereka sempat berdoa, “Ya Allah, sampaikanlah berita tentang kami kepada Nabi Kami, Sesungguhnya kami siap menghadap-Mu dan Eng kau Ridha pada kami” Seorang laki laki mendatangi Haram, Paman Anas, dari belakang dan menusuknya dengan tombak hingga tembus. Haram pun berseru, “Demi Tuhan pemilik Ka’bah, aku menang!”
Sementara itu di Madinah, begitu mendapat berita tentang mereka, Rasulullah saw pun langsung menyampaikannya kepada para sahabat, “Sesungguhnya saudara saudara kalian telah dibunuh dan mereka berseru: “Ya Allah, sampaikanlah berita tentang kami kepada Nabi Kami, Sesungguhnya kami siap menghadap-Mu dan Eng kau Ridha pada kami”
Nabi saw memandang tragedi ini dengan sudut pandang seorang pemimpin yang bertanggung jawab pada rakyatnya, sekaligus dengan sudut pandang seorang ayah yang kehilangan anaknya satu demi satu. Beliau ingin mengahalau kekafiran dari orang orang kafir ini, namun mereka tidak menginginkan apa apa kecuali malah lari menjauhi surga.
Beliau ingin membersihkan diri mereka dari segala noda dan karatnya, namun mereka malah menginginkan yang najis najis dan menyembah berhala. Nabi saw yang pengasih dan penyayang pun berdiri memohon kepada Allah agar membinasakan kaum kaum yang menghendaki kekafiran dan kezaliman.
Selama sebulan penuh setelah tragedi Bir Mau’nah, Rasulullah saw membaca doa qunut dalam shalat shubuh, mendoakan kebinasaan kabilah kabilah Sulaim yang telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.
Ibnu Abbas bercerita bahwa Rasulullah saw membaca doa qunut selama satu bulan berturut turut dalam shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya, shalat shubuh di penghujung tiap tiap shalat.
Setelah membaca :”Sami’allahu linhamidau” (Allah Maha mendengar orang orang yang memuji-Nya) pada rakaat terakhir, beliau berdoa memohon (kebinasaan) atas kabilah kabilah dari Bani Sulaim, Kabilah Ri’l, kabilah Dzakwan, dan Kabilah Ushyyah dan memohon keimanan untuk generasi sepeninggal mereka (anak cucu mereka yang belaum lahir)