
Mengapa Pada Bacaan Tahiyat Hanya Nabi Muhammad dan Ibrahim yang Disebut?
Mengapa Pada Bacaan Tahiyat Hanya Nabi Muhammad dan Ibrahim yang Disebut?
Pertanyaan seperti ini cukup membuat saya bingung ketika dilontarkan oleh seorang anak muda. Pertanyaan yang cukup sulit menurut kami, namun tetap akan kami jawab sebisanya. Walaupun terdengar ngelantur, namun pertanyaan seperti ini ada masuk akalnya juga.
Penyebutan dua Nabi, yaitu Muhammad dan Ibrahim pada saat melaksanakan salat, khususnya di dalam bacaan tahiyat adalah hal yang tidak perlu dipermasalahkan.
Hal ini karena bacaan tahiyat tersebut sudah diajarkan oleh Rasulullah saw. Dikhawatirkan jika hal seperti ini dipermasalahkan, akan memengaruhi keyakinan kita bahwa kenabian Muhammad dan Ibrahim memunyai bobot yang lebih tinggi daripada Nabi-nabi yang lain.
Hal seperti ini tidak diperbolehkan karena adanya perintah agar tidak membeda-bedakan antara para Nabi yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana firman Allah swt.
Muhammad dan Ibrahim
“Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”(QS Al-Baqarah:136)
Meskipun demikian, jika penyebutan dua Nabi (Muhammad dan Ibrahim) di dalam doa tahiyat dipermasalahkan untuk keperluan kepuasan pikiran sehingga tidak menimbulkan keyakinan yang kurang baik terhadap kenabian para Nabi yang harus diyakini, maka tidak menjadi masalah.
Pemberian gelar kepada Nabi sesuai dengan kapasitasnya sebagai Nabi dan keistimewaan yang dimilikinya. Misalnya gelar khalil kepada Nabi Ibrahim as, sebagaimana firman Allah swt,
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”(QS An-Nisa:125)
Demikian pula Allah juga memberikan penyebutan rahmat bagi semesta alam kepada Nabi Muhammad saw,
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”(QS Al-Anbiya:107)
Bisa juga diungkapkan bahwa nama Muhammad dan Ibrahim mempunyai hubungan yang sangat erat terkait dengan keterlangsungan ketauhidan Ibrahim pada keturunannya melalui dua jalur, yaitu Ismail dan Ishaq.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah literatur tentang sejarah pada Nabi, melalui Ishaq menurunkan banyak Nabi termasuk Musa dan Isa. Sedangkan dari dari keturunan Ismail menurunkan Nabi terakhir, Muhammad saw yang membawa bendera tauhid.
Kesamaan tauhid inilah yang menjadi titik sentral penyebab dua Nabi tersebut disebut dalam tahiyat. Ibrahim sebagai “Bapak” tauhid telah disebutkan oleh Allah di dalam beberapa ayat Al Quran dan di antaranya sebagai berikut:
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah Termasuk orang-orang musyrik”. Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”(QS Al-An’am:161-163)
Ayat di atas adalah perintah Allah kepada Muhammad saw dan diperintahkan kepada kita untuk mengucapkannya. Paduan bacaan dalam ayat-ayat tersebut menjadi bagian dalam bacaan shalat kita yang dilaksanakan sehari hari.
Sama halnya dengan doa iftitah, yaitu perpaduan yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Muhammad saw secara berkelanjutan. Barangkali inilah mengapa hanya dua Nabi yang disebutkan di dalam bacaan tahiyat. Wallahu ‘alam.
Semoga bermanfaat…