puasa

Misteri dan Cara Mendapatkan Lailatul Qadar

Melihat fenomena nuzul Al-Qur’an dan lailat  al-qadar di Indonesia cukup menggelitik. nuzul Al-Qur’an diyakini terjadi pada malam 17 Ramadhan sedangkan lailatul qadar diyakini terjadi pada sepuluh malam terakhir dan keyakinan masyarakat umum lailatul qadar terjadi pada malam 27 Ramadhan.

Kedua hal ini (nusulul quran dan lailatul qadar) terpisah dan tidak memiliki hubungan sama sekali. Padahal di dalam surat al qadar jelas dikatakan bahwa malam lailatul qadar itu begitu istimewa sehingga lebih baik daripada seribu bulan.

Sampai hari ini penjelasan tentang lailatul qadar masih diselimuti dengan misteri. Ada yang menyatakan tanda tanda lailatul qadar adalah bersifat alamiah seperti membekunya air di sumur, merunduknya seluruh tumbuh tumbuhan, cuaca tidak panas dan tidak dingin, air laut terasa tawar, atap rumah tersingkap sehingga tampaklah langit yang terang benderang dan sebagainya.

Akibatnya sebagian umat muslim yakin dan percaya akan ciri ciri ini. Tidaklah mengherankan di kalangan umat muslim apabila di sepuluh terakhir Ramadhan, mereka tidak tidur terutama pada malam malam ganjil untuk menunggu malam qadar.

Anehnya sampai hari ini belum ada informasi yang sampai kepada kita bahwa ada orang yang telah menemukan malam qadar sesuai dengan ciri ciri tersebut.

Sampai di sini kesan yang muncul dari diskursus lailatul qadar adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan. Kendati demikian, tetap saja lailatul qadar menjadi harapan bagi setiap muslim pada bulan Ramadhan.

Bahwa lailatul qadar itu adalah malam diturunkannya Al Quran, malam yang mulia, malam yang malaikat membawa keberkahan kepada manusia, malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam yang muncul pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan seperti yang dinyatakan oleh jumhur ulama, adalah informasi yang selalu kita terima berkaitan dengan malam lailatul qadar.

Misteri dan Cara Mendapatkan Lailatul Qadar

Lailatul Qadar

Adapun cara mendapatkannya dengan melakukan qiyam Ramadhan, iktikaf, tadarrus, dan amal amal lainnya.
Informasi tentang lailatul qadar ini sangat jelas disebut Allah swt. Seperti yang termuat dalam surat Al Qadar. Beranjak dari surat ini ada satu hal yang menarik berkenaan turunnya malaikat. Pertanyaannya adalah mengapa malaikat turun pada malam lailatul qadar?

Berkenaan dengan hal ini, Imam Fakhrur Razi dalam tafsirnya menjelaskan yang menurut kami sangat rasional. Menurutnya malaikat turun ke bumi adalah untuk menjawab keheranan dan kecemburuan malaikat kepada manusia. Malaikat penasaran mengapa Allah sangat memuliakan dan memuji manusia?

Jika mengenai menyembah Allah, memujinya, bertasbih kepadanya niscaya malaikat lebih hebat dalam mengamalkannya. Sejak awal diciptakannya hingga sampai kiamat nanti malaikat selalu bertasbih kepada Allah swt. Malaikat pun tidak pernah melanggar perintah Allah swt, maka apakah yang membuat manusia menjadi lebih mulia daripada malaikat? Ternyata bukan masalah amalan ibadahlah yang menyebabkan manusia lebih muliah dibandingkan dengan malaikat.

Pada malam inilah malaikat diperintahkan Allah untuk menjawab keheranan mereka kepada manusia, dan yang mereka dapatkan adalah, bahwa ada dua hal yang menjadi penyebab manusia lebih utama dan lebih mulia dibandingkan dengan malaikat. yaitu ibadah yang dapat dilakukan oleh manusia namun tidak dapat dilakukan oleh penduduk langit.

Pertama, manusia bisa menangis menyesali dosa dosanya, merenungi kesalahan yang pernah dibuat, menginsyafi pelanggaran pelanggaran yang pernah diperbuat, karena malaikat tidak pernah berbuat dosa kepada Allah swt selain pada kasus Harut dan Marut (Lihat Al Baqarah ayat 102).

Kedua, manusia bisa menyantuni fakir miskin, mangasihi anak yatim, memberi makan orang yang kelaparan, memberi pakaian orang yang telanjang, memberi obat orang yang sakit, sedangkan malaikat tidak dapat melakukan hal hal di atas, karena malaikat tidak ada yang miskin, malaikat tidak pernah berhajat kepada harta. Melihat kedua hal ini akhirnya malaikat paham betapa mulianya kedudukan manusia di mata Allah swt.

Penjelasan Imam Fakhrurrazi di atas memberikan kita pelajaran bagi kita bahwa syarat untuk mendapatkan malam qadar paling tidak kita melakukan dua jenis amal.

Pertama, menyesali diri atau dalam bahasa tasawufnya, disebut dengan muhasabah (interospeksi dan mengevaluasi diri) kedua menyantuni dan memberi makan anak yatim, fakir miskin dan orang orang tertindas.

Disamping dua amalan di atas, ada satu hal lagi yang harus dilakukan untuk mendapatkan qadar, yaitu mengkaji Al Quran sehingga ia memperoleh petunjuk yang berguna dalam mengarungi kehidupan ini. Dengan demikian kita tidak hanya diminta untuk membaca Al Quran melainkan memahami makna makna yang terkandung dalam Al Quran.

Ketika membaca Al Quran targetnya adalah bukan untuk mendapatkan amalan yang berlipat ganda. Bukan pula untuk mendapatkan ketenangan batin. Namun lebih dari itu, kita membaca Al Quran untuk memperoleh petunjuk, kita membaca tafsir yang ditulis oleh ulama baik berasal dari Timur Tengah ataupun yang ditulis oleh musafir musafir Indonesia. Sehingga kita dapat memahami pesan pesan yang terdapat dalam Al Quran.

Ciri Ciri Orang yang mendapatkan Lailatul Qadar

Dengan demikian, orang mendapatkan dapat dilihat atau ditandai dengan dua hal sebagai berikut:
pertama, ia mendapat kondisi batin yang salam, damai, tenteram, dan tenang. Ketenangan dan kedamaian itu diperolehnya setelah malaikat datang menemuinya dan berucap, salamun hia hatta matla’il al-fajr.

Kedua, mereka yang memperoleh pencerahan batin akibat kebersamaannya yang panjang bersama Al Quran. Al Quran benar benar menjadi petunjuk, penjelas dan pembeda antara yang hak dan yang batil.

Alangkah mulianya, jika kita mendapatkan ucapan salam dan doa dari malaikat sampai fajar (hari kiamat). Alangkah bahagianya, jika kita memperoleh pencerahan pada malam Ramadhan lewat interaksi kita bersama. Al Quran inilah hakikatnya orang orang yang mendapatkan malam lailatul Qadar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button