
Pernakah Rasulullah SAW Merayakan HUT?
Acara Hari Ulang Tahun (HUT) sering kita saksikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. HUT ini sering berkaitan dengan peristiwa di antaranya:
-Kelahiran seseorang yang selalu diperingati dengan acara makan makan dan ucapan doa.
-Kelahiran suatu lembaga yang biasa diisi dengan berbagai kegiatan sebagai program kerja.
-Peristiwa yang menjadi pusat perhatian umat. Peringatan hari ulang tahun satu kejadian sering diisi dengan kegiatan yang sangat berkaitan dengan peristiwa itu sendiri.
Ketiga peristiwa ini sering diperingati dengan cara, acara dan sasaran yang beragam.
Yang menjadi masalah adalah apakah mengadakan hari ulang tahun itu berlawanan dengan ajaran islam atau tidak?
Apakah Rasulullah pernah melaksanakan hari ulang tahun?
Jika yang dimaksud dengan hari ulang tahun seperti kebanyakan yang kita saksikan saat ini, seperti HUT kemerdekaan, HUT ABRI, HUT berdirinya suatu lembaga, dan sebagainya yang rata rata menelan biaya yang cukup besar, tentu Rasulllah tidak pernah melakukannya.
Namun demikian, tidak berarti bahwa HUT secara mutlak berlawanan dengan syariat islam atau dipandang ajaran luar islam. Di dalam ajaran islam ada kegiatan yang dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi pada waktu sebelumnya antara lain:
1. Peringatan 10 Muharram, yaitu hari ulang tahun kemenangan masyarakat Arab dengan shaum ‘Asyurah (Puasa tanggal 10 Muharram). Itu adalah hari yang sangat bersejarah menurut pandangan masyarakat Arab karena pada hari itulah telah terjadi peristiwa yang sangat penting untuk selalu diingat, yaitu:
a.Ketika Ka’bah diberi penutup (kiswah)
Dari Aisyah r.a . berkata, “Mereka suka melakukan Shaum hari ‘Asyura (sepuluh muharram) sebelum diwajibkan shaum bulan Ramadhan. (Hari ‘Asyura) itu adalah hari ditutupnya (diberi kiswah) Ka’bah. Setelah turun kewajiban Shaum bulan Ramadhan, Rasulllah saw bersabda, “Barangsiapa yang mau shaum pada hari itu, dipersilahkan dan barangsiapa yang meninggalkannya pun dipersilahkan” (H.R. Bukhari)
Mereka mengingat peristiwa masa lalu dengan suatu kegiatan ibadah, yaitu ibadah shaum. Rasulullah saw tidak melarangnya. Beliau hanya menganjurkan para sahabat untuk melakukannya.
b. Nabi Musa menjatuhkan Fir’aun dan kekuasaannya
Dari Ibnu Abbar r.a berkata “Rasulullah datang ke Madinah. Beliau melihat orang yahudi melakukan Shaum pada hari Asyura. Maka, beliau bersabda, ‘Apakah ini?’ mereka menjawab, ‘Ini hari yang baik, yaitu hari ketika Allah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuh mereka. Maka, Musa shaum pada hari ini’. Beliau bersabda, ‘(Kalau begitu), akulah yang lebih berhak untuk (melanjutkan ajaran) Musa daripada kamu’. Dan beliau menyuruh untuk shaum pada hati itu” (H.R. Bukhari)
2. Peringatan malam Nuzulul Qur’an
Rasulullah saw memperkuat ibadahnya utamanya pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan dengan cara ber-itikaf di masjid dan para sahabat kemudian mengikutinya untuk mendapatkan keridhan malam lailatul qadar.
Ini adalah salah satu kegiatan yang terjadi pada zaman Rasul yang berkaitan dengan peristiwa sebelumnya yang menurut istilah umum sekarang sering disebut dengan hari ulang tahun. Namun, demikian perlu kita pahami perbedaan mana syariat dan mana budaya, banyak orang yang menganggap bahwa syariat sebagai budaya dan budaya sebagai syariat, tetapi sesungguhnya syariat dan budaya memiliki perbedaan yang jelas.
Syariat adalah aturan Allah yang memeliki kebenaran mutlak yang diturunkan melalui jibril kepada rasul-rasul-Nya. Sementara, budaya adalah hasil cipta dan karsa manusia yang bersifat relatif yang benar dan salahnya bergantung pada sudut pandang yang menilainya.
Karena itu, sangat mungkin terjadi keragaman perbedaan sebab Allah telah memberikan kepada manusia kemampuan yang berbeda. Namun perbedaan tersebut, apabila terjadi, jangan sampai berlawanan arah dan tujuan. Tujuan hidup umat islam adalah satu, yaitu beribadah kepada-Nya untuk mencari Ridha-Nya.