Takhayul dan Adat Kebiasaan Bangsa Arab Sebelum Masa Rasulullah saw
ilustrasi |
Berhubungan dengan kepercayaan mereka kepada makhluk makhluk jin, ruh, dan hantu, maka ketakhayulan mereka kepada makhluk makhluk itu pun amat tebal.
Diantaranya bangsa arab kala itu percaya bahwa makhluk makhluk jin itu dapat memberikan manfaat dan menolak mudharat. Keadaan mereka percaya penuh bahwa hantu hantu itu bermacam macam, lain keadaannya lain pula namanya.
Hantu yang berkeliaran di padang pasir dan selalu berganti ganti rupanya dan suka menggangu orang orang yang sedang dalam perjalanan, dinamakan Ghaul dan yang perempuan dinamakan Su’laat. Yang suka bergaul dengan manusia dinamakan Aamir, yang suka mengganggu anak anak dinamakan Roh. Hantu yang lebih jahat dinamakan Syaithan dan yang lebih jahat lagi dinamakan ifrit.
Selanjutnya kebercayaan bangsa Arab terhadap tukang tukang sihir dan kahin kahin amat tebal. Para kahin dianggap tukang tilik yang dapat membuat penangkal atau jimat jimat untuk menolak malapetaka, yang dapat memberitakan kejadian yang akan datang, tempat menanyakan suatu sebab kesusahan yang telah terjadi dan yang akan datang, yang dapat memberikan petunjuk petunjuk untuk mendapatkan apa yang diinginkan, dan yang dapat memutuskan perkara perkara yang terjadi antara orang orang yang berkelahi.
Menurut kepercayaan mereka, setiap kahin memiliki setan dan jin dan setan dan jin itulah yang dapat memberikan sesuatu kepada mereka. Kahin kahin bukan saja dari laki laki, banyak juga dari kalangan perempuan. Karena kepercayaan dan keyakinan mereka kepada kahin kahin, tukang tukang sihir itu kemudian terbit begitu banyak takhayul dan khufarat khufarat di kalangan mereka, karena mereka berkeyakinan bahwa apa saja yang dikatakan kahin kahin itu benar.
Berikut beberapa uraian sebagian dari Takhayul bangsa Arab sebelum Kelahiran Rasulullah
1. Mereka berkeyakinan bahwa barangsiapa mencela dan mencaci maki berhala Laata’ atau Uzza, ia akan mendapat penyakit supak.
2. Mereka melarang keras membunuh ular karena ketika ular itu mati maka hantu ulat itu akan datang untuk membalas.
3. Apabilah seseorang telah mati, rohnya menjadi burung yang disebut Hammah.
4. Dalam perut seseorang ada seekor ular dan ular inilah yang menggigit dalam perut sewaktu orang merasa lapar.
5. Kalau dalam perjalanan tersesat, kain yang digunakan dibalikkan, agar tidak tersesat.
6. Mereka terbiasa memakai cincin dari besi dan tembaga dan percaya bahwa cincin itu dapat memberikan kekuatan.
7. Saat hendak berpergian, mereka mengikat simpul pada salah satu pohon kayu, kalau mereka kembali mereka melihat kembali simpulan tersebut, jika simpulan itu terlepas maka istrinya telah berlaku serong.
8. Pada saat musim kemarau mereka mengikat rumput pada ekor kambing lalu kemudian membakarnya, mereka percara bahwa hal tersebut akan mendatangkan hujan.
9. Saat hendak bepergian atau keluar rumah, mereka terlebih dahulu memerhatikan arah terbang burung, jika burung terbang ke kanan, maka langkah tersebut merupakan langkah yang baik, namun apabila burung terbang ke arah kiri, maka hal itu merupakan kesialan.
Selain menyembah berhala, kepada berhala itu pula mereka meminta pertolongan, dan kepada berhala itu mereka mengorbankan hewan ternak mereka, karena keseringan ini sehingga ada beberapa kalangan yang hendak mengorbankan anak kandung mereka sendiri kepada berhala, sebagaimana yang terjadi pada Abdul Muthalib yang saat itu sempat bernazar hendak mengorbankan anaknya, Abdullah.
Saat hendak bepergian mereka juga selalu melakukan ritual ‘Azlaam yaitu beberapa bila kayu yang setiap kayu diberikan tanda “Ya” dan “Tidak” jika anak panah atau kayu itu saat dilemparkan memberikan tanda ya maka mereka akan melakukan perjalanan, jika tidak, maka mereka akan memilih untuk tinggal.
Diantara cara cara penyembahan mereka kepada berhala dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Ada yang melepaskan hewan hewan mereka atas nama berhala.
2. Mereka menyembeli hewan kurban atas nama berhala kemudian menyapukan darah hewan kurban tersebut ke berhala
3. Ada beberapa unta yang dihormati dan diberikan julukan seperti unta Bahirah, Saa-ibah, Washilah, dan Haam.
4. Unta Bahirah adalah unta yang susuanya disediakan khusus untuk berhala dan tidak diperbolehkan seseorang untuk memeras susunya.
5. Unta Saa-ibah adalah unta betina yang dimerdekakan untuk berhala berhala tidak boleh diberi beban di atas punggungnya barang sedikit pun.
6. Unta Washilah adalah unta betina muda yang beranak betina pada pertama kalinya, kemudian saat beranak yang kedua kalinya betina juga. Unta yang demikian itu akan mendapatkan kehormatan dan disamakan dengan berhala berhala mereka.
7. Sedangkan Unta Haam adalah untuk jantan yang telah melakukan perkawinan berkali kali sesuai adat dari mereka dan kemudian dihormati, punggungnya tidak boleh dibebani apa pun dan unta tersebut disamakan dengan berhala berhala mereka.
8. Apabila kambing mereka beranak jantan, maka kambing itu diserahkan kepada berhala.
9. Apabila unta mereka telah beranak sebanyak sepuluh kali, maka unta itu diberikan kepada berhala dan tidak dapat mereka gunakan lagi. Adapun hewan yang dikorbankan kepada berhala mereka menyebutnya sebagai Atirah.
Itulah di antara riwayat kekhufuran dan ketakhayulan serta adat kebiasaan sesat yang bersarang dalam pikiran dan hati sanubari bangsa Arab Jahiliyah pada masa itu.